Belum genap 3 bulan pemakaian kartu kredit, sudah hampir tertipu dengan penawaran kartu pendamping kartu kredit dari pihak yang 'mengaku' sebagai marketing Visa. Kronologisnya adalah sebagai berikut:
Pagi beranjak siang, sekitar pukul 10.00 WIB saya mendapatkan telephon dari nomer kode area Jakarta di 021xxxxxxx yang mengaku dari Marketing Visa (saya lupa namanya, tidak penting siapa karena penipu, sebut saja NN):
NN: " Selamat siang, bisa berbicara dengan Bpk. xxx (saya)"
Saya: "Iya saya sendiri"
NN: "Permisi pak, kami dari Kartu Kredit Visa, maaf sebelumnya mau cross cek dulu tanggal lahir bapak apakah DD-MM-YY dan pekerjaan sebagai wiraswasta toko xxx"
Saya: "Iya betul"
Dengan benar, si NN ini menyebutkan nama lengkap, tanggal lahir, bahkan nama toko beserta jenis bisnisnya. Karena mengaku dari Visa, dan kebetulan saya pengguna baru kartu kredit yang sedang membangun reputasi di dunia perbankan dan 'ngarep' limit kartu kredit naik dalam waktu dekat, membuat saya ingin mengetahui apa sebenarnya yang hendak ditawarkan. Ternyata bukan naik limit yang ditawarkan, tetapi 'voucher discount' dalam bentuk kartu pendamping kartu kredit.
NN: "Bapak kami pantau merupakan pengguna kartu kredit yang aktif dan terpilih menjadi nasabah prioritas kami dengan fasilitas Kartu Pendamping Kartu Kredit yang bisa dimanfaatkan seperti untuk: Discount umroh sampai dengan 4 juta, discount di hotel-hotel berbintang, discount tiket kereta, pesawat, dan masih banyak lagi benefit lainnya yang berlaku selama 10 tahun. Tidak ada biaya administrasi dan voucher akan langsung dikirimkan ke alamat bapak".
Saya: "Gratis ya, tidak ada biaya".
NN: "Iya, gratis pak, tidak ada biaya administrasi, nanti kartu pendamping jika tidak digunakan akan kami tarik setelah 6 bulan dan akan kami berikan ke nasabah lainnya jika tidak bapak gunakan."
Saya: "Ya sudah kalau gratis, bolehlah dikirim, nanti saya pelajari, kan lengkap penjelasannya di buku panduannya? "
NN: "Iya pak, ada penjelasan lengkapnya di buku panduan".
Berhubung gratis, tidak ada resiko buat saya, akhirnya saya iyakan saja tawaran itu, nanti bisa saya baca, saya pelajari, Tapi, setelah saya iyakan, ada penjelasan lanjutan yang membuat saya tidak nyaman.
NN: "Bapak, nanti Kartu Pendamping yang akan dikirimkan itu bernilai Rp. 3.950.000,- dan pembayarannya bisa dicicil. Jika dicicil 5 tahun, berarti per bulan hanya sekitar Rp. 65.000 saja, sangat terjangkau pastinya kalau untuk bapak. Bapak ingin dikirimkan ke alamat kantor atau rumah?"
Yang tadinya dibilang gratis, merupakan fasilitas tambahan sebagai nasabah prioritas, sekarang dibilang kartu pendamping bernilai sekian juta. Berarti tidak gratis dong, saya pun mulai curiga. Tapi okelah, toh saya bisa pelajari nanti di buku panduannya. Sekiranya harus membayar sejumlah yang disebutkan, akan saya tolak.
Saya: "Dikirim ke alamat kantor saja, nanti saya akan pelajari dahulu".
NN: " Baik pak, boleh minta alamat lengkap kantornya?"
Loh, kok nanya alamat kantor? Ngakunya sebagai marketing Visa, harusnya sudah tahu kantor saya. Bertambahlah kecurigaan saya.
Saya: " Alamat di xxx dusun xxx kec xxx kab xxx prov xxx"
NN: "Baik pak, kurir kami akan langsung mengantarkannya siang ini, apakah bapak sedang ada di kantor?
Hah, dianter hari ini juga! kartu kredit saja kalau sudah jadi harus menunggu diantar kurir 3-6 hari kerja, ini kartu pendamping kok kilat banget ya, padahal kantornya di Jakarta, sedang saya posisi di Jawa. Dulu saja kartu kredit datang setelah 6 hari.
Saya: "Iya, saya stand by di kantor, nanti yang nganter darimana kurirnya?"
NN: "Kurirnya dari Visa pak, oh ya pak, ini ada tambahan bonus 2 kartu pendamping lagi bisa digunakan untuk orangtua, saudara, atau mungkin calon, mau dimanfaatkan tidak, sayang pak kalau tidak dimanfaatkan"
Saya: "Buat siapa ya?...hemm"
NN: "Bisa langsung didaftarkan di sini pak, supaya nanti yang dianter kurir langsung sudah di embos"
Saya: "Buat xxx ama xxx saja"
NN: "Baik pak, ditunggu ya, terima kasih, salam".
Saya: "ok, wassalam".
Berhubung banyak kejanggalan yang saya rasakan, langsung saja saya cari info tentang kartu pendamping Visa tersebut dengan googling. Dan, di halaman pertama google urutan teratas dengan kata kunci "Kartu Pendamping Visa" adalah Modus Penipuan Kartu Diskon Via Mastercard/ Visa yang sedang ramai dibahas di forum Kaskus. Urutan kedua dan seterusnya pun bertema sama, selalu ada unsur kata penipuan atau hati-hati.
Saya baca satu persatu, ternyata sudah banyak korbannya. Modusnya sama seperti yang saya alami di atas, dan nanti akan datang kurir yang mengantar kartu pendamping kartu kredit dengan membawa mesin EDC. Kartu kredit akan langsung digesek nanti di mesin EDC yang dibawa oleh kurir. Oh.. ternyata begitu sistem kerjanya. Saya sudah paham, dan mempersiapkan diri menerima kurir yang akan datang sebentar lagi.
Sekitar pukul 16.00 WIB datanglah si Kurir ke kantor. Saya dikasih sebuah formulir dan segebok paket yang kelihatannya berisi kartu. buku panduan, dan aneka voucher diskon. Saya fokus pada formulirnya. Disitu tertulis di kepala surat "Order Card" dengan nama managemen B*** TR****** CL** dengan nilai nominal Rp. 3.950.000. Pada keterangan disebutkan dengan menandatangani formulir tersebut berarti nasabah menyetujui kartu pendamping yang ditawarkan. Si kurir juga menambahkan kalau dia membawa mesin EDC dan ... Sebelum selesai berbicara, sudah saya potong.
Saya mengatakan kepada kurir, maaf saya tidak mau menandatangani formulir karena jika tanda tangan berarti saya setuju aplikasi kartu pendamping saat itu juga (langsung aktif). Padahal yang saya pahami dipercakapan telepon adalah gratis, sebagai fasilitas sebagai nasabah prioritas, dan saya terima paketnya dahulu untuk dipelajari. Setelah saya pelajari baru akan saya aktifkan jika saya rasa perlu. Sementara yang sekarang terjadi, diawal saya sudah disodori formulir Order Card yang nampak dipaksakan seolah sebagai tanda terima paket, padahal ada klausal setuju untuk order di dalamnya. Ini bukan tanda terima paket, tetapi aplikasi persetujuan order kartu pendamping.
Karena saya menolah tanda tangan, si kurir pun menghubungi orang yang menelpon saya. Dia lantas menyerahkan handphone-nya ke saya, meminta saya berkomunikasi dengan si penelpon (NN). Gaya bicara NN sudah agak berubah, tidak seperti saat pertama telepon, lebih keras, lebih persuasif, dan sedikit memaksa. Saya keukeuh dengan pendirian saya, wong sudah tahu modusnya kok (dalam hati). Akhirnya dia meminta telepon diberikan ke si kurir. Sayup-sayup saya dengar si kurir bilang, ya sudah kartunya ditarik dan dibawa lagi ke kantor.
Si kurir nampaknya lebih tahu situasi, mungkin sudah lebih berpengalaman di lapangan. Melihat saya di depan laptop lengkap dengan internetnya, mungkin dia sudah paham kalau modusnya kali ini tidak akan sukses dipraktekkan. Kurir pun pamit dengan cara yang sopan. Sebaliknya, si NN sepertinya masih marah dengan saya, dia terus membanjiri WA saya dengan kata-kata yang tidak sopan, bilang saya kere, binsis masih ecek-ecek, dan beberapa ungkapan kekecewaan lainnya. Saya diamkan saja dan berdo'a semoga mereka cepat sadar, dan kembali mencari rizki dengan cara yang halal.
Yang juga saya sayangkan dalam kasus ini adalah bocornya data saya sebagai pemegang kartu kredit ke pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Nama, tanggal lahir, dan jenis bisnis dapat dengan mudah diketahui, beruntung dalam percakapan di atas saya tidak menyebutkan nama Ibu Kandung. Jika tidak, minimal sudah 4 items data penting dikantongi si penipu. Baru 3 bulan pakai kartu kredit, data sudah bocor hemm... Ke depan harus lebih berhati-hati lagi. Jangan sampai data vital kita umbar.
Pagi beranjak siang, sekitar pukul 10.00 WIB saya mendapatkan telephon dari nomer kode area Jakarta di 021xxxxxxx yang mengaku dari Marketing Visa (saya lupa namanya, tidak penting siapa karena penipu, sebut saja NN):
NN: " Selamat siang, bisa berbicara dengan Bpk. xxx (saya)"
Saya: "Iya saya sendiri"
NN: "Permisi pak, kami dari Kartu Kredit Visa, maaf sebelumnya mau cross cek dulu tanggal lahir bapak apakah DD-MM-YY dan pekerjaan sebagai wiraswasta toko xxx"
Saya: "Iya betul"
Dengan benar, si NN ini menyebutkan nama lengkap, tanggal lahir, bahkan nama toko beserta jenis bisnisnya. Karena mengaku dari Visa, dan kebetulan saya pengguna baru kartu kredit yang sedang membangun reputasi di dunia perbankan dan 'ngarep' limit kartu kredit naik dalam waktu dekat, membuat saya ingin mengetahui apa sebenarnya yang hendak ditawarkan. Ternyata bukan naik limit yang ditawarkan, tetapi 'voucher discount' dalam bentuk kartu pendamping kartu kredit.
NN: "Bapak kami pantau merupakan pengguna kartu kredit yang aktif dan terpilih menjadi nasabah prioritas kami dengan fasilitas Kartu Pendamping Kartu Kredit yang bisa dimanfaatkan seperti untuk: Discount umroh sampai dengan 4 juta, discount di hotel-hotel berbintang, discount tiket kereta, pesawat, dan masih banyak lagi benefit lainnya yang berlaku selama 10 tahun. Tidak ada biaya administrasi dan voucher akan langsung dikirimkan ke alamat bapak".
Saya: "Gratis ya, tidak ada biaya".
NN: "Iya, gratis pak, tidak ada biaya administrasi, nanti kartu pendamping jika tidak digunakan akan kami tarik setelah 6 bulan dan akan kami berikan ke nasabah lainnya jika tidak bapak gunakan."
Saya: "Ya sudah kalau gratis, bolehlah dikirim, nanti saya pelajari, kan lengkap penjelasannya di buku panduannya? "
NN: "Iya pak, ada penjelasan lengkapnya di buku panduan".
Berhubung gratis, tidak ada resiko buat saya, akhirnya saya iyakan saja tawaran itu, nanti bisa saya baca, saya pelajari, Tapi, setelah saya iyakan, ada penjelasan lanjutan yang membuat saya tidak nyaman.
NN: "Bapak, nanti Kartu Pendamping yang akan dikirimkan itu bernilai Rp. 3.950.000,- dan pembayarannya bisa dicicil. Jika dicicil 5 tahun, berarti per bulan hanya sekitar Rp. 65.000 saja, sangat terjangkau pastinya kalau untuk bapak. Bapak ingin dikirimkan ke alamat kantor atau rumah?"
Yang tadinya dibilang gratis, merupakan fasilitas tambahan sebagai nasabah prioritas, sekarang dibilang kartu pendamping bernilai sekian juta. Berarti tidak gratis dong, saya pun mulai curiga. Tapi okelah, toh saya bisa pelajari nanti di buku panduannya. Sekiranya harus membayar sejumlah yang disebutkan, akan saya tolak.
Saya: "Dikirim ke alamat kantor saja, nanti saya akan pelajari dahulu".
NN: " Baik pak, boleh minta alamat lengkap kantornya?"
Loh, kok nanya alamat kantor? Ngakunya sebagai marketing Visa, harusnya sudah tahu kantor saya. Bertambahlah kecurigaan saya.
Saya: " Alamat di xxx dusun xxx kec xxx kab xxx prov xxx"
NN: "Baik pak, kurir kami akan langsung mengantarkannya siang ini, apakah bapak sedang ada di kantor?
Hah, dianter hari ini juga! kartu kredit saja kalau sudah jadi harus menunggu diantar kurir 3-6 hari kerja, ini kartu pendamping kok kilat banget ya, padahal kantornya di Jakarta, sedang saya posisi di Jawa. Dulu saja kartu kredit datang setelah 6 hari.
Saya: "Iya, saya stand by di kantor, nanti yang nganter darimana kurirnya?"
NN: "Kurirnya dari Visa pak, oh ya pak, ini ada tambahan bonus 2 kartu pendamping lagi bisa digunakan untuk orangtua, saudara, atau mungkin calon, mau dimanfaatkan tidak, sayang pak kalau tidak dimanfaatkan"
Saya: "Buat siapa ya?...hemm"
NN: "Bisa langsung didaftarkan di sini pak, supaya nanti yang dianter kurir langsung sudah di embos"
Saya: "Buat xxx ama xxx saja"
NN: "Baik pak, ditunggu ya, terima kasih, salam".
Saya: "ok, wassalam".
Berhubung banyak kejanggalan yang saya rasakan, langsung saja saya cari info tentang kartu pendamping Visa tersebut dengan googling. Dan, di halaman pertama google urutan teratas dengan kata kunci "Kartu Pendamping Visa" adalah Modus Penipuan Kartu Diskon Via Mastercard/ Visa yang sedang ramai dibahas di forum Kaskus. Urutan kedua dan seterusnya pun bertema sama, selalu ada unsur kata penipuan atau hati-hati.
Saya baca satu persatu, ternyata sudah banyak korbannya. Modusnya sama seperti yang saya alami di atas, dan nanti akan datang kurir yang mengantar kartu pendamping kartu kredit dengan membawa mesin EDC. Kartu kredit akan langsung digesek nanti di mesin EDC yang dibawa oleh kurir. Oh.. ternyata begitu sistem kerjanya. Saya sudah paham, dan mempersiapkan diri menerima kurir yang akan datang sebentar lagi.
Sekitar pukul 16.00 WIB datanglah si Kurir ke kantor. Saya dikasih sebuah formulir dan segebok paket yang kelihatannya berisi kartu. buku panduan, dan aneka voucher diskon. Saya fokus pada formulirnya. Disitu tertulis di kepala surat "Order Card" dengan nama managemen B*** TR****** CL** dengan nilai nominal Rp. 3.950.000. Pada keterangan disebutkan dengan menandatangani formulir tersebut berarti nasabah menyetujui kartu pendamping yang ditawarkan. Si kurir juga menambahkan kalau dia membawa mesin EDC dan ... Sebelum selesai berbicara, sudah saya potong.
Saya mengatakan kepada kurir, maaf saya tidak mau menandatangani formulir karena jika tanda tangan berarti saya setuju aplikasi kartu pendamping saat itu juga (langsung aktif). Padahal yang saya pahami dipercakapan telepon adalah gratis, sebagai fasilitas sebagai nasabah prioritas, dan saya terima paketnya dahulu untuk dipelajari. Setelah saya pelajari baru akan saya aktifkan jika saya rasa perlu. Sementara yang sekarang terjadi, diawal saya sudah disodori formulir Order Card yang nampak dipaksakan seolah sebagai tanda terima paket, padahal ada klausal setuju untuk order di dalamnya. Ini bukan tanda terima paket, tetapi aplikasi persetujuan order kartu pendamping.
Karena saya menolah tanda tangan, si kurir pun menghubungi orang yang menelpon saya. Dia lantas menyerahkan handphone-nya ke saya, meminta saya berkomunikasi dengan si penelpon (NN). Gaya bicara NN sudah agak berubah, tidak seperti saat pertama telepon, lebih keras, lebih persuasif, dan sedikit memaksa. Saya keukeuh dengan pendirian saya, wong sudah tahu modusnya kok (dalam hati). Akhirnya dia meminta telepon diberikan ke si kurir. Sayup-sayup saya dengar si kurir bilang, ya sudah kartunya ditarik dan dibawa lagi ke kantor.
Si kurir nampaknya lebih tahu situasi, mungkin sudah lebih berpengalaman di lapangan. Melihat saya di depan laptop lengkap dengan internetnya, mungkin dia sudah paham kalau modusnya kali ini tidak akan sukses dipraktekkan. Kurir pun pamit dengan cara yang sopan. Sebaliknya, si NN sepertinya masih marah dengan saya, dia terus membanjiri WA saya dengan kata-kata yang tidak sopan, bilang saya kere, binsis masih ecek-ecek, dan beberapa ungkapan kekecewaan lainnya. Saya diamkan saja dan berdo'a semoga mereka cepat sadar, dan kembali mencari rizki dengan cara yang halal.
Yang juga saya sayangkan dalam kasus ini adalah bocornya data saya sebagai pemegang kartu kredit ke pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Nama, tanggal lahir, dan jenis bisnis dapat dengan mudah diketahui, beruntung dalam percakapan di atas saya tidak menyebutkan nama Ibu Kandung. Jika tidak, minimal sudah 4 items data penting dikantongi si penipu. Baru 3 bulan pakai kartu kredit, data sudah bocor hemm... Ke depan harus lebih berhati-hati lagi. Jangan sampai data vital kita umbar.
Aduh saya ketipu donk ini. Kurir PENDAMPING VISA dr TNG travel
ReplyDelete