Menjadi seorang pedagang (termasuk didalamnya seller online) memang susah-susah mudah mendapakan akses ke perbankan. Profil usaha yang belum bankable membuat pinjaman ke bank sulit diluluskan. Cukup bisa dimaklumi karena bank pastinya tidak mau mengambil resiko meminjami pedagang yang belom bankable karena horor NPL (non performing loan) alias kredit macet.
Berhutang kepada teman, saudara, family, dan,orang tua akhirnya menjadi pilihan yang rasional, dengan konsekwensi masing-masing tentunya.
Saya sendiri termasuk pedagang yang tidak bankable di mata bank pada awalnya. Saya tidak suka meminjam uang (berhutang) kepada keluarga, orang tua, apalagi teman, Saya lebih suka punya hutang kepada perbankan, namun sayangnya belum bankable, sehingga beberapa kali mencoba apply pinjaman tidak diluluskan walau usaha waktu itu sudah jalan 3 tahun.
Walaupun pembukuan usaha ada, aset dalam bentuk barang ada, usaha sudah lebih dari 3 tahun, tetapi dikarenakan lapak masih mengontrak, cicilan motor belum lunas, sama sekali tidak punya agunan, ditambah lagi KTP luar kota dan belum eKTP lagi. Lengkap sudah, berkas pinjaman saya akhirnya lebih sering dilempar ke kredit tanpa agunan dan hasilnya bisa ditebak apply reject.
Jika saja 3 tahun lalu sudah ada KUR ala pemerintahan Pak Jokowi, mungkin apply saya diluluskan, karena yang saya dengar KUR sendiri pada dasarnya adalah mendorong usaha yang belum bankable dibantu permodalannya sehingga suatu saat bisa bankable, dan syaratnya cukup punya usaha yang sudah jalan sekian bulan. Yang dijadikan agunan adalah usahanya. Program yang pro rakyat kecil.
Singkat cerita, saya akhirnya tetap berdagang dengan modal yang ada. Usaha saya buat dengan pembukuan yang baik (profesional) walau sebatas program di exel. Neraca umum, laba-rugi, kas lancar, buku stock semua tercatat dengan baik. Semua transaksi sebisa mungkin via transfer dengan harapan mutasi rekening (hystory rekening) terlihat bagus, sehingga menarik perhatian bank.
Waktu terus berlalu, usaha masih bertahan, hingga tak terasa saya justru mempunyai tabungan hasil keuntungan usaha di atas 10 juta yang sudah 1 tahun-an mengendap di bank. Saya sudah melupakan pinjaman ke bank karena modal yang ada masih cukup dan belum ada rencana perluasan usaha.
Hingga, tiba-tiba ada marketing bank tempat saya membuka rekening tabungan menghubungi di waktu itu. Beliau menggunakan nomer lokal, memperkenalkan diri sebagai marketing bank cabang saya buat tabungan, dan memberi tahu saya jika berminat akan diberikan 'kartu kredit' sebagai hadiah atas bagusnya (baca, aktifnya) mutasi rekening tabungan. KARTU KREDIT ??!
Buat anda yang sudah bankable, punya penghasilan tetap, kerja tetap sebagai karyawan atau PNS, pastinya mudah mendapat kartu kredit. Tetapi, bagi pedagang seperti saya yang belum bankable, pinjam bank always reject, pastinya senang mendapat tawaran seperti ini, apalagi dibilangnya hadiah yang berarti 100% approve.
Saya akhirnya mengiyakan tawaran tersebut, saya mengisi aplikasi kartu kredit by phone langsung saat itu juga. Saya percaya marketing tersebut memang berasal dari cabang karena selain nomernya lokal, beliau juga memegang data pribadi saya sehingga saya tinggal mengoreksi saja jika ada yang salah. Beliau juga mengatakan karena apllikasi ini adalah usulan dari cabang, maka kemungkinan approve nya adalah 99%, masih ada kemungkinan 1% reject. Nanti akan ada analis sekitar minggu kedua yang akan telepon untuk validasi data kata beliau sebelum mengakhiri pembicaraan.
Minggu kedua mulai masuk, saya selalu menyiagakan hp. Tetapi, tidak ada telepon dari analis. Mungkin saya harus menunggu hingga minggu ketiga. Saya baca-baca di internet, katanya analis akan menghubungi setelah 7-14 hari kerja, ini berarti bisa minggu kedua atau ketiga.
Tidak ada telpon hingga minggu ketiga, saya mulai ragu aplikasi saya diterima/ tidak. Saya enggan menanyakan ke call center, ditunggu saja, toh saya juga tidak ngebet-ngebet amat punya kartu kredit. Hingga, datanglah sms di jum'at pagi yang membuat saya senang campur terkejut. Saya mendapat sms bahwa kartu kredit saya disetujui. Ternyata, bisa juga kartu kredit approve tanpa ditelpon oleh analis.
Saya langsung login ke internet banking, dan benar saja, saya mendapat 2 kartu kredit Visa Gold dan Mastercard Titanium. Limit saya masih dikasih kecil, tapi okelah nanti bisa naik pelan-pelan, dan terpenting mendapat kartu kredit sehingga nantinya punya catatan hutang dan pembayaran di bank. Catatan itu penting karena dengan tahunya bank dengan profil/pola kita mengelola hutang, maka suatu saat jika ingin kredit KPR, KTA, etc akan lebih mudah.
Mempunyai kartu kredit pada akhirnya menjadi salah satu jalan untuk meng-bangable-kan usaha saya. Sekarang tinggal mengatur dengan baik penggunaannya secara bijak, baik untuk keperluan rutin sehari-hari maupun untuk bisnis.
Berhutang kepada teman, saudara, family, dan,orang tua akhirnya menjadi pilihan yang rasional, dengan konsekwensi masing-masing tentunya.
Saya sendiri termasuk pedagang yang tidak bankable di mata bank pada awalnya. Saya tidak suka meminjam uang (berhutang) kepada keluarga, orang tua, apalagi teman, Saya lebih suka punya hutang kepada perbankan, namun sayangnya belum bankable, sehingga beberapa kali mencoba apply pinjaman tidak diluluskan walau usaha waktu itu sudah jalan 3 tahun.
Walaupun pembukuan usaha ada, aset dalam bentuk barang ada, usaha sudah lebih dari 3 tahun, tetapi dikarenakan lapak masih mengontrak, cicilan motor belum lunas, sama sekali tidak punya agunan, ditambah lagi KTP luar kota dan belum eKTP lagi. Lengkap sudah, berkas pinjaman saya akhirnya lebih sering dilempar ke kredit tanpa agunan dan hasilnya bisa ditebak apply reject.
Jika saja 3 tahun lalu sudah ada KUR ala pemerintahan Pak Jokowi, mungkin apply saya diluluskan, karena yang saya dengar KUR sendiri pada dasarnya adalah mendorong usaha yang belum bankable dibantu permodalannya sehingga suatu saat bisa bankable, dan syaratnya cukup punya usaha yang sudah jalan sekian bulan. Yang dijadikan agunan adalah usahanya. Program yang pro rakyat kecil.
Singkat cerita, saya akhirnya tetap berdagang dengan modal yang ada. Usaha saya buat dengan pembukuan yang baik (profesional) walau sebatas program di exel. Neraca umum, laba-rugi, kas lancar, buku stock semua tercatat dengan baik. Semua transaksi sebisa mungkin via transfer dengan harapan mutasi rekening (hystory rekening) terlihat bagus, sehingga menarik perhatian bank.
Waktu terus berlalu, usaha masih bertahan, hingga tak terasa saya justru mempunyai tabungan hasil keuntungan usaha di atas 10 juta yang sudah 1 tahun-an mengendap di bank. Saya sudah melupakan pinjaman ke bank karena modal yang ada masih cukup dan belum ada rencana perluasan usaha.
Hingga, tiba-tiba ada marketing bank tempat saya membuka rekening tabungan menghubungi di waktu itu. Beliau menggunakan nomer lokal, memperkenalkan diri sebagai marketing bank cabang saya buat tabungan, dan memberi tahu saya jika berminat akan diberikan 'kartu kredit' sebagai hadiah atas bagusnya (baca, aktifnya) mutasi rekening tabungan. KARTU KREDIT ??!
Buat anda yang sudah bankable, punya penghasilan tetap, kerja tetap sebagai karyawan atau PNS, pastinya mudah mendapat kartu kredit. Tetapi, bagi pedagang seperti saya yang belum bankable, pinjam bank always reject, pastinya senang mendapat tawaran seperti ini, apalagi dibilangnya hadiah yang berarti 100% approve.
Saya akhirnya mengiyakan tawaran tersebut, saya mengisi aplikasi kartu kredit by phone langsung saat itu juga. Saya percaya marketing tersebut memang berasal dari cabang karena selain nomernya lokal, beliau juga memegang data pribadi saya sehingga saya tinggal mengoreksi saja jika ada yang salah. Beliau juga mengatakan karena apllikasi ini adalah usulan dari cabang, maka kemungkinan approve nya adalah 99%, masih ada kemungkinan 1% reject. Nanti akan ada analis sekitar minggu kedua yang akan telepon untuk validasi data kata beliau sebelum mengakhiri pembicaraan.
Minggu kedua mulai masuk, saya selalu menyiagakan hp. Tetapi, tidak ada telepon dari analis. Mungkin saya harus menunggu hingga minggu ketiga. Saya baca-baca di internet, katanya analis akan menghubungi setelah 7-14 hari kerja, ini berarti bisa minggu kedua atau ketiga.
Tidak ada telpon hingga minggu ketiga, saya mulai ragu aplikasi saya diterima/ tidak. Saya enggan menanyakan ke call center, ditunggu saja, toh saya juga tidak ngebet-ngebet amat punya kartu kredit. Hingga, datanglah sms di jum'at pagi yang membuat saya senang campur terkejut. Saya mendapat sms bahwa kartu kredit saya disetujui. Ternyata, bisa juga kartu kredit approve tanpa ditelpon oleh analis.
Saya langsung login ke internet banking, dan benar saja, saya mendapat 2 kartu kredit Visa Gold dan Mastercard Titanium. Limit saya masih dikasih kecil, tapi okelah nanti bisa naik pelan-pelan, dan terpenting mendapat kartu kredit sehingga nantinya punya catatan hutang dan pembayaran di bank. Catatan itu penting karena dengan tahunya bank dengan profil/pola kita mengelola hutang, maka suatu saat jika ingin kredit KPR, KTA, etc akan lebih mudah.
Mempunyai kartu kredit pada akhirnya menjadi salah satu jalan untuk meng-bangable-kan usaha saya. Sekarang tinggal mengatur dengan baik penggunaannya secara bijak, baik untuk keperluan rutin sehari-hari maupun untuk bisnis.
Halo, Mas. Bukannya ngutang di bank bunganya besar ya? Ngomong-ngomong Mas-nya domisili Yogya ya, saya boleh minta kontak gmail atau ig bisnis Mas-nya. Trims. :)
ReplyDelete