Pingin cari barang tapi ga ada yang jual di kota kita, kalaupun ada kok harganya mahal, jauh banget dengan budget yang tersedia, modelnya juga ga bisa milih lagi, stok terbatas. Ah.. beli online saja, cari yang jual paling murah,pilih model yang dikehendaki, dan ada gratis ongkirnya.
Sekilas itulah pergeseran yang mulai terjadi di masyarakat kita. Walau masih banyak yang alergi beli secara online, faktanya, jumlah transaksi secara online terus meningkat. Apalagi sekarang, banyak sekali marketplace berbasis aplikasi yang tidak hanya menawarkan kemudahan, tetapi juga banyak promo-promo, promo gratis ogkos kirim misalnya.
Jauh sebelum munculnya marketplace, jual beli online pun sebenarnya sudahlah ramai. Dulu, para seller menjual produknya melalui website, blog, kemudian calon membeli menghubungi seller via BBM, sms, atau langsung telepon. Jika deal, pembeli akan langsung transfer ke rekening seller, kemudian barang dikirim dan resi pun diinfokan ke pembeli.
Model ini cukup lama bertahan, bahkan hingga saat ini. Hanya, model jual beli semacam ini sangat rawan buat pembeli. Modus penipuan akan dengan mudah dipraktekkan oleh pihak-pihak yang bermain di air keruh. Jika kita telisik di google, sebagai contoh, modus penipuan online waktu itu sangat marak terjadi dengan online shops berkedok toko handphone yang mengaku dari daerah Bata* yang menawarkan produk sangat murah dengan beralasan sebagai barang black market. Seller penipu membuat website yang menampilkan foto-foto real toko yang seolah asli, kemudian tak lupa memposting testimoni-testimoni palsu agar pembeli terpikat. Pada akhirnya, tidak sedikit pembeli yang tergiur dan melakukan transfer langsung ke rekening penipu. Setelah uang ditransfer, seller tiba-tiba susah dihubungi, kemudian menghilang.
Forum terbesar di Indonesia, Kaskus keluar membeli solusi agar terhindar dari modus penipuan tersebut. Apalagi, Kaskus mempunyai forum jual beli yang sangat 'dewa' pada zamannya. Posting sebentar saja di FJB (forum jual beli) Kaskus, biasanya tak seberapa lama sudah ada calon pembeli yang menanyakan. Setidaknya seperti itu berdasarkan pengalaman penulis.
Kaskus menawarkan sebuah rekening bersama untuk keamanan bertransaksi. Metodenya, pembeli transfer dulu ke rekening bersama yang dikelola Kaskus atau pihak-pihak yang sudah punya track record bagus, penjual kemudian kirim barang (info no resi secara privat ke pembeli). Jika barang sudah diterima oleh pembeli dan tidak ada komplain, uang baru bisa dicairkan ke penjual. Penyedia jasa rekening bersama di kaskus ini biasanya mengutip uang jasa yang besarnya berbeda sesuai dengan jumlah total transaksi.
Dengan metode tersebut, pembeli akan terlindungi, penjual pun akan mengirimkan barang sesuai dengan yang ditawarkan. Jika tidak, pembeli bisa komplain dan transaksi bisa digagalkan, tentu dengan moderasi dari moderator Kaskus.
Metode yang dijalankan di Kaskus sayangnya serba manual. Di waktu yang tepat, Tokopedia masuk dengan menawarkan hal yang sama, tetapi dengan sistem serba otomatis dan yang menarik free biaya rekening bersama. Sudah bisa ditebak, lambat namun pasti, perlahan-lahan Tokopedia mulai menjadi primadona baru jualan online. Bukalapak kemudian menyusul, dan kemudian yang paling hot sekarang si Shopee.
Apakah belanja di marekplace 100% aman?
Adanya rekening bersama, membuat belanja di marketplace aman. Resiko barang tidak dikirim akan nihil. Jika barang tidak dikirim, uang akan dikembalikan 100%. Walau aman, ternyata masih ada celah permasalahan yang mungkin timbul, misalnya bagaimana jika barang yang dikirim tidak sesuai spesifikasi, sedikit catat, salah ukuran, etc yang pada pokoknya membuat pembeli dikecewakan? Jika boleh return, siapakah yang harus bayar ongkos kirim?
Pada saat sekarang, marketplace semacam Shopee. Tokopedia, dan Bukalapak, pada dasarnya adalah pihak yang memoderasi jika ada masalah. Marketplace sayangnya akan selalu berdiri di tengah dan menyarankan jika ada masalah hendaknya diselesaikan antar penjual dan pembeli secara musyawarah. Tak jarang, hasil musyawarah tidak mencapai mufakat, dan ketika permasalahan dikembalikan ke moderator, bisanya pihak seller yang diuntungkan. Dana tetap dicairkan dan pembeli hanya bisa kasih rating jelek untuk penjual atas ketidakpuasan.
Ini setidaknya yang dialami sendiri oleh penulis. Tidak sekali, tetapi beberapa kali. Penulis pernah order 6 buah produk di salah satu seller di Shopee. Oleh seller ternyata hanya dikirim 5 pc. Penulis komplain ke seller tentang permasalahan tersebut, tetapi seller ngotot yang dikirim 6 pc, sesuai catatan pembukuannya dikirim 6 pc. Penulis akhirnya komplain ke Shopee dan dianjurkan untuk menyelesaikan permasalahan secara musyarawah. Hasilnya, kembali ke titik awal, sama-sama ngotot pada pendirian dan tidak ketemu mufakat. Waktu kemudian berlalu, dan karena permintaan pengembalian dana tidak dikabulkan seller dalam jangka waktu tertentu, maka transaksi dianggap selesai. Jadilah rugi 1 pc penulis sebagai pihak pembeli. Penulis pada akhirnya hanya bisa memberi rating buruk untuk si seller sebagai hukuman atas keteledoran.
Pernah juga order baju, tetapi barang yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi, sekilas photo nampak sama, tetapi tidak dengan detailnya. Sewaktu minta keadilan ke moderator, dikatakan moderator tidak bisa secara subjektif menilai produk dari warna, bau, dan detail bahan. Lagi-lagi disuruh bermusyawarah, seller nakal menang lagi.
Untuk lebih amannya, penulis sekarang hanya mau membeli produk di marketplace pada seller yang sudah bagus ratingnya. Setidaknya diatas 4 bintang, atau jika di poin pada rating 4.5 ke atas (skala 1-5), lebih bagus lagi minimal 4.8.
Apakah belanja langsung ke website penjual aman?
Selain via marketplace, banyak juga seller yang masih menjual via websitenya sendiri. Kita langsung transfer dan barang kemudian dikirim. Tips untuk aman belanja via toko online semacam ini adalah dengan cek dan recek terlebih dahulu.
Pertama, pastikan website mencantumkan kontak yang jelas. Nama toko, alamat lengkap, nomer hp, BBM, harus jelas. Kedua, Endus juga keaktifan seller di social media, seller yang menjual produk di website akan selalu memperbarui social medianya karena berfungsi sebagai online marketing dengan link-link ke arah websitenya. Cross cek info kontak di social media, apakah konsisten baik nama toko, nomer kontak, alamatnya sesuai dengan website.
Ketiga, cek keberadaan toko via google map. Google map sekarang dilengkapi dengan street view yang dapat memvisualkan dengan jelas fisik toko. Kalau sudah jelas spanduk, plang toko, alamat sesuai, masihkah takut tertipu ? Keempat, jangan lupa cek testimoninya di google mybusiness. Perhatikan review-review dari pembeli.
Dengan memperhatikan keempat hal tersebut, insya Allah belanja langsung ke website penjual aman.
Bagaimana cara paling aman belanja?
Cara paling aman belanja adalah langsung datang ke toko. Kita bisa melihat-lihat produk yang ditawarkan seller via online (webste, instagram, fb, twitter, etc), kemudian langsung menuju toko untuk mengecek produk secara fisik. Model semacam ini boleh dikatakan semi online. Ngertinya secara online, tetapi belinya langsung cod di toko pemilik website. 100% aman.
Mau pilih yang mana?
Sekilas itulah pergeseran yang mulai terjadi di masyarakat kita. Walau masih banyak yang alergi beli secara online, faktanya, jumlah transaksi secara online terus meningkat. Apalagi sekarang, banyak sekali marketplace berbasis aplikasi yang tidak hanya menawarkan kemudahan, tetapi juga banyak promo-promo, promo gratis ogkos kirim misalnya.
Jauh sebelum munculnya marketplace, jual beli online pun sebenarnya sudahlah ramai. Dulu, para seller menjual produknya melalui website, blog, kemudian calon membeli menghubungi seller via BBM, sms, atau langsung telepon. Jika deal, pembeli akan langsung transfer ke rekening seller, kemudian barang dikirim dan resi pun diinfokan ke pembeli.
Model ini cukup lama bertahan, bahkan hingga saat ini. Hanya, model jual beli semacam ini sangat rawan buat pembeli. Modus penipuan akan dengan mudah dipraktekkan oleh pihak-pihak yang bermain di air keruh. Jika kita telisik di google, sebagai contoh, modus penipuan online waktu itu sangat marak terjadi dengan online shops berkedok toko handphone yang mengaku dari daerah Bata* yang menawarkan produk sangat murah dengan beralasan sebagai barang black market. Seller penipu membuat website yang menampilkan foto-foto real toko yang seolah asli, kemudian tak lupa memposting testimoni-testimoni palsu agar pembeli terpikat. Pada akhirnya, tidak sedikit pembeli yang tergiur dan melakukan transfer langsung ke rekening penipu. Setelah uang ditransfer, seller tiba-tiba susah dihubungi, kemudian menghilang.
Forum terbesar di Indonesia, Kaskus keluar membeli solusi agar terhindar dari modus penipuan tersebut. Apalagi, Kaskus mempunyai forum jual beli yang sangat 'dewa' pada zamannya. Posting sebentar saja di FJB (forum jual beli) Kaskus, biasanya tak seberapa lama sudah ada calon pembeli yang menanyakan. Setidaknya seperti itu berdasarkan pengalaman penulis.
Kaskus menawarkan sebuah rekening bersama untuk keamanan bertransaksi. Metodenya, pembeli transfer dulu ke rekening bersama yang dikelola Kaskus atau pihak-pihak yang sudah punya track record bagus, penjual kemudian kirim barang (info no resi secara privat ke pembeli). Jika barang sudah diterima oleh pembeli dan tidak ada komplain, uang baru bisa dicairkan ke penjual. Penyedia jasa rekening bersama di kaskus ini biasanya mengutip uang jasa yang besarnya berbeda sesuai dengan jumlah total transaksi.
Dengan metode tersebut, pembeli akan terlindungi, penjual pun akan mengirimkan barang sesuai dengan yang ditawarkan. Jika tidak, pembeli bisa komplain dan transaksi bisa digagalkan, tentu dengan moderasi dari moderator Kaskus.
Metode yang dijalankan di Kaskus sayangnya serba manual. Di waktu yang tepat, Tokopedia masuk dengan menawarkan hal yang sama, tetapi dengan sistem serba otomatis dan yang menarik free biaya rekening bersama. Sudah bisa ditebak, lambat namun pasti, perlahan-lahan Tokopedia mulai menjadi primadona baru jualan online. Bukalapak kemudian menyusul, dan kemudian yang paling hot sekarang si Shopee.
Apakah belanja di marekplace 100% aman?
Adanya rekening bersama, membuat belanja di marketplace aman. Resiko barang tidak dikirim akan nihil. Jika barang tidak dikirim, uang akan dikembalikan 100%. Walau aman, ternyata masih ada celah permasalahan yang mungkin timbul, misalnya bagaimana jika barang yang dikirim tidak sesuai spesifikasi, sedikit catat, salah ukuran, etc yang pada pokoknya membuat pembeli dikecewakan? Jika boleh return, siapakah yang harus bayar ongkos kirim?
Pada saat sekarang, marketplace semacam Shopee. Tokopedia, dan Bukalapak, pada dasarnya adalah pihak yang memoderasi jika ada masalah. Marketplace sayangnya akan selalu berdiri di tengah dan menyarankan jika ada masalah hendaknya diselesaikan antar penjual dan pembeli secara musyawarah. Tak jarang, hasil musyawarah tidak mencapai mufakat, dan ketika permasalahan dikembalikan ke moderator, bisanya pihak seller yang diuntungkan. Dana tetap dicairkan dan pembeli hanya bisa kasih rating jelek untuk penjual atas ketidakpuasan.
Ini setidaknya yang dialami sendiri oleh penulis. Tidak sekali, tetapi beberapa kali. Penulis pernah order 6 buah produk di salah satu seller di Shopee. Oleh seller ternyata hanya dikirim 5 pc. Penulis komplain ke seller tentang permasalahan tersebut, tetapi seller ngotot yang dikirim 6 pc, sesuai catatan pembukuannya dikirim 6 pc. Penulis akhirnya komplain ke Shopee dan dianjurkan untuk menyelesaikan permasalahan secara musyarawah. Hasilnya, kembali ke titik awal, sama-sama ngotot pada pendirian dan tidak ketemu mufakat. Waktu kemudian berlalu, dan karena permintaan pengembalian dana tidak dikabulkan seller dalam jangka waktu tertentu, maka transaksi dianggap selesai. Jadilah rugi 1 pc penulis sebagai pihak pembeli. Penulis pada akhirnya hanya bisa memberi rating buruk untuk si seller sebagai hukuman atas keteledoran.
Pernah juga order baju, tetapi barang yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi, sekilas photo nampak sama, tetapi tidak dengan detailnya. Sewaktu minta keadilan ke moderator, dikatakan moderator tidak bisa secara subjektif menilai produk dari warna, bau, dan detail bahan. Lagi-lagi disuruh bermusyawarah, seller nakal menang lagi.
Untuk lebih amannya, penulis sekarang hanya mau membeli produk di marketplace pada seller yang sudah bagus ratingnya. Setidaknya diatas 4 bintang, atau jika di poin pada rating 4.5 ke atas (skala 1-5), lebih bagus lagi minimal 4.8.
Apakah belanja langsung ke website penjual aman?
Selain via marketplace, banyak juga seller yang masih menjual via websitenya sendiri. Kita langsung transfer dan barang kemudian dikirim. Tips untuk aman belanja via toko online semacam ini adalah dengan cek dan recek terlebih dahulu.
Pertama, pastikan website mencantumkan kontak yang jelas. Nama toko, alamat lengkap, nomer hp, BBM, harus jelas. Kedua, Endus juga keaktifan seller di social media, seller yang menjual produk di website akan selalu memperbarui social medianya karena berfungsi sebagai online marketing dengan link-link ke arah websitenya. Cross cek info kontak di social media, apakah konsisten baik nama toko, nomer kontak, alamatnya sesuai dengan website.
Ketiga, cek keberadaan toko via google map. Google map sekarang dilengkapi dengan street view yang dapat memvisualkan dengan jelas fisik toko. Kalau sudah jelas spanduk, plang toko, alamat sesuai, masihkah takut tertipu ? Keempat, jangan lupa cek testimoninya di google mybusiness. Perhatikan review-review dari pembeli.
Dengan memperhatikan keempat hal tersebut, insya Allah belanja langsung ke website penjual aman.
Bagaimana cara paling aman belanja?
Cara paling aman belanja adalah langsung datang ke toko. Kita bisa melihat-lihat produk yang ditawarkan seller via online (webste, instagram, fb, twitter, etc), kemudian langsung menuju toko untuk mengecek produk secara fisik. Model semacam ini boleh dikatakan semi online. Ngertinya secara online, tetapi belinya langsung cod di toko pemilik website. 100% aman.
Mau pilih yang mana?
No comments:
Post a Comment